PLTSa Wina: Sumber Energi dan Objek Wisata Lingkungan
Rupanya selain PLTA (Pusat listrik tenaga air), Wina mengandalkan sumber energinya dari turbin angin dan energi hasil pembakaran sampah. Tentang turbin angin, saya tidak akan membahasnya, sekadar menyajikan fotonya di bagian akhir tulisan ini. Tetapi keunikan Pusat Listrik Tenaga pembakaran Sampah,PLTSa Wina menarik perhatian saya, terkait PLTSa Gedebage di Bandung yang masih dipermasalahkan. Untuk mudah pembandingannya dengan di Bandung, saya sebut saja PLTSa, walau tepatnya Pusat Pembangkit Energi dengan pembakaran Sampah, karena di Wina langsung air panasnya yang digunakan, tidak diubah jadi listrik. Tetapi prinsip dasarnya sama, panas pembakaran sampah digunakan untuk memanaskan air, hanya untuk PLTSa uap air panas digunakan untuk penggerak turbin listrik.
PLTSa di Eropa memang sangat umum, ada ratusan PLTSa. PLTSa di Wina salah satu yang sangat unik. Ada nilai artistiknya dan punya nilai tambah ekonomi dan pendidikan karena menjadi objek wisata lingkungan hidup. Pasca kebakaran besar 1989, aristek lingkungan Friedensreich Hundertwasser, membuat rancangan PLTSa yang inovatif dan artistik. Hasilnya, PLTSa selain aman berada di tengah kota, juga menjadi objek wisata yang menarik. Kepada wisatawan selain disajikan keindahan dan keunikan bangunan dan lingkungannya, juga disajikan pengetahuan tentang pengelolaan sampah kota, sistem daur ulang sampah, serta masalah lingkungan hidup dan perubahan iklim.
Karena inovasi dan keunggulam sistem pengelolaan sampahnya, Wina dianugerahi penghargaan “World City closest to sustainable Waste Management” (Kota Dunia paling baik dalam Pengelolaan Sampah Berkelanjutan) tahun 2010. Bandung dan kota-kota lain di Indonesia bisa mencontohnya dengan inovasi yang tak kalah kreatifnya.
Pembangkit listrik tenaga angin di Austria |
0 komentar