Waspada terhadap tawaran FRANCHISE atau kerjasama bisnis




Menurut Anda : Bisnis franchise bidang apa yang terbaik saat ini?


   
Melihat judulnya di atas, mungkin sedikit provokatif dan kurang berkenan dihati, karena itu saya minta maaf kalau ada yang tersinggung. Maklum jaman sekarang semua serba instan, jika ada tawaran terlalu menarik – too good to be true, hampir semua orang dibutakan oleh harapan yang melambung tinggi dan langsung menyambar peluang itu.
Jargon-jargon enterpreneurship, kewirausahaan, dan berbagai dorongan untuk memotivasi orang dalam menciptakan lapangan kerja, sudah sangat menarik dan menggoyahkan pikiran kita dalam mengambil keputusan bisnis yang kelak akan disesali kemudian. Mengapa saya mengatakan hal yang pesimis  manakala semua orang begitu optimis dalam mengejar impiannya? Alasan terbaik yang bisa saya sampaikan adalah, karena banyak orang disekitar saya yang akhirnya terpuruk, karena keputusan bisnis yang salah. Saya sendiri mengalaminya, namun karena semua keputusan bisnis dilakukan dengan pertimbangan matang, maka kerugian yang terjadi merupakan kerugian yang masih “diperhitungkan” sehingga tidak perlu di sesali.
Apa saja syarat penting dalam mengambil keputusan bisnis?
1.   Pada prinsipnya menetapkan besarnya nilai resiko bisnis itu penting, karena sejumlah inilah kerugian maksimal yang akan kita alami ketika terjadi kegagalan, dan anda harus siap untuk GAGAL! Bukan merencanakan kegagalan, tapi tahu akan kekuatan diri sendiri agar punya langkah alternatif ketika menghadapi kegagalan. Masuk akal bukan?

2.     Lihat total investasi yang anda butuhkan, termasuk di dalamnya biaya operasional paling sedikit selama masa “inkubasi”, yakni masa dimana bisnis yang anda tekuni  masih dalam tahap persiapan, dan pendapatan yang diterima, belum menutup uang kas yang dikeluarkan setiap bulannya  belum mencapai “BEP-operasional”  dimana rumus sederhananya adalah sbb;
 Pendapatan – Biaya Variable = NOL
Komponen “Biaya Variabel” sendiri saya ringkas saja, meliputi “Biaya Operasional” dan “Harga Pokok Produksi”.
Jadi secara sederhana bisa dikatakan
Pendapatan < Biaya Variable = Rugi
Pendapatan > Biaya Variable = Kas Aman
Jika  masih minus, maka sejumlah itulah biaya operasional harus anda siapkan untuk bisa bertahan mempersiapkannya menghasilkan keuntungan. Jika dalam posisi  “Kas Aman”, anda bisa tenang, karena secara operasional bisnis tersebut mampu membiayai dirinya sendiri, namun belum mampu mengembalikan investasi anda.
Contoh, bisa dilihat pada ilustrasi berikut, dimana anggap saja titik A=0, artinya  “Biaya Tetap” dianggap Rp0,-.  Terlihat bahwa saat penjualan belum ada, maka anda sudah harus membayar biaya operasional seperti gaji pegawai, listrik, telepon, air, keamanan, iuran, dsb., sedangkan ketika terjadi penjualan dimana jumlahnya masih dibawah nilai pengeluaran, maka kerugian terus membayangi, sampai penjualan anda terus meningkat menembus garis merah yang merupakan garis biaya operasional.
T    = Waktu
Rp = Jumlah rupiah
Terlihat bahwa BEP baru tercapai, setelah  sekian lama, sampai di titik C. Dimana  sejak titik 0 sampai ke titik C, perlu biaya sebesar segitiga  AB0 (segitiga merah), yang artinya anda harus menyiapkan uang tunai untuk biaya operasional selain sejumlah uang yang sudah anda investasikan dimuka.
Perlu saya berikan catatan, bahwa BEP yang saya sajikan disini lebih pada pengertian bahwa bisnis tersebut sudah tidak membutuhkan subsidi lagi, karena mampu membiayai dirinya sendiri, walaupun tidak memberikan keuntungan. Jadi pengertian BEP bisa saja berbeda, jika dilakukan perhitungan secara akumulatif, sehingga perhitungan BEP akan meliputi waktu yang lebih lama lagi, sebelum dinyatakan BEP. Perhitungan akumulatif ini, seringkali disebut "Payback Period", namun sering juga diselewengkan jadi ROI (Return On Investment). Padahal maknanya sudah berbeda. Maklum, banyak franchisor yang suka menggunakan istilah ekonomi yang keren, supaya tampil intelek, tapi sebenarnya mereka adalah predator ekonomi yang sedang menggerogoti anda.
3.     Setelah anda yakin bahwa anda punya uang untuk  anda “Investasikan” sebesar  harga seluruh asset yang anda beli dan uang sewa yang anda bayarkan, maka perhatikan  “Potensi Penjualan”, dimana semakin tinggi potensinya akan semakin untung, dan lebih cepat anda mendapatkan pengembalian investasi, namun semakin rendah, maka akan semakin lambat anda mendapatkan pengembalian investasi. 
Jadi pastikan bahwa anda punya daya tahan cukup lama untuk mengalami kerugian, agar tidak terputus di tengah jalan, ketika sedang mendaki tangga sukses.
Hal ini, harus saya katakan untuk memberikan sedikit pemahaman tentang business-wisdom, dimana ketika anda memikirkan investasi, anda harus memikirkan berapa lama daya tahan anda menerima kerugian jika mengalami situasi yang buruk.
Situasi ini bisa timbul, jika terjadi penurunan harga jual, atau akselerasi penjualannya agak lambat, sehingga perlu waktu lebih lama lagi untuk bisa mencapai titik “BEP Operasional.”
4.    Lebih menarik lagi, ketika anda menuntut “Pengembalian Investasi” dimana dalam hal ini diwakili dalam bentuk “Biaya Tetap” yang terdiri dari  “Biaya Penyusutan Asset” dan “Biaya Amortisasi Sewa”.  Istilah “Biaya Tetap” disini sebetulnya kurang tepat, namun saya gunakan untuk menyederhanakan persepsi, sehingga perlu saya definisikan dulu disini, bahwa maksud dari “Biaya Tetap” disini adalah semua biaya yang  sudah dikeluarkan dimuka, atas investasi peralatan dan pembayaran sewa. Investasi ini dikembalikan dalam bentuk “Biaya Penyusutan/Amortisasi”, karena sifatnya non-cash jadi tidak ada uang keluar, tetapi “Biaya/Pengeluaran” ini merupakan “Tabungan”, agar ketika sewa tempat berakhir ataupun ketika usia pakai barang investasinya sudah berakhir, kita mempunya uang untuk meremajakan atau membayar sewa untuk masa berikutnya.
Apanya yang menarik?
Banyak franchisor yang menawarkan berbagai perhitungan laba rugi, dengan “mengecilkan” nilai investasi ini, padahal biaya ini sama dengan uang yang harus “Dikembalikan” kepada franchisee, ketika masa kerjasamanya berakhir. Mengapa harus dikembalikan, karena  ketika anda menginvestasikan uang anda dalam deposito di bank pun, pada akhir masa kontrak selalu dikembalikan oleh Bank bukan? Nah, jika pengeluaran investasi anda ini tidak dikembalikan, berarti uang anda habis dimakan waktu, alias digerogoti oleh franchisor.
Lihat ilustrasi di atas, ketika  nilai investasinya naik ketitik A, maka tingkat BEP yang harus di capai menjadi lebih tinggi, sehingga perlu usaha lebih keras lagi untuk mendapatkan penjualan yang lebih banyak supaya tidak rugi.
5.     Sekarang giliran logika anda menilai, apakah ilustrasi di atas sudah benar? Ternyata masih salah lho!, sebab dalam dunia nyata, grafik yang lurus secara linier seperti itu sangat mustahil, jadi yang terjadi pada dunia nyata, garis pendapatan dan biaya bisa saja membentu kurva yang unik, misalnya seperti pada contoh berikut ini;
Seandainya garis pendapatan anda terlihat menanjak pada awalnya, dan mulai landai setelah beberapa waktu kemudian, dimana biayanya justru terbalik, dimana awalnya cukup landai, namun makin lama makin menanjak curam, maka yang terjadi adalah situasi dimana total keuntungan anda  hanya ketika berada di titik C sampai titik E, selanjutnya anda siap-siap gulung tikar!
Hal ini saya sampaikan untuk memberikan sudut pandang yang lebih cermat manakala anda melihat situasi yang buruk di masa depan, dan segera ambil sikap “Cut Loss” ketika berada di titik E. Kalaupun harus mengalami kerugian, setidaknya kerugian tersebut sudah terukur dan tidak terus berlanjut hingga akhirnya membebani anda sampai diluar batas kemampuan anda sendiri.

 6.    Jangan lupa, bahwa franchisor seringkali membujuk anda dengan angka-angka yang luar biasa menarik dan membutakan anda dari akal sehat, sehingga semua angka-angka yang muncul jadi menggiurkan, seperti contoh dibawah ini:


Terlihat bagaimana, “Biaya Tetap” di tekan serendah mungkin, dan kurva keuntungan yang berwarna biru Cuma tampil lebih besar dan lebih panjang mulai dari titik C hingga titik E, maka ketika sampai di titik E, bersiaplah untuk gigit jari, karena seluruh total pendapatan anda lebih kecil dibandingkan dengan total biaya yang anda keluarkan!
Mengapa hal ini terjadi?
Karena ketika anda sedang di bujuk, mereka hanya mengatakan biaya investasinya untuk produk dan peralatan yang harus dibeli dari franchisor, mereka tidak menjelaskan biaya sewa gedung, instalasi, renovasi house-style, perijinan, pajak iklan, dan biaya lain yang tidak terduga. Belum lagi resiko akibat “Life Cycle” yang pendek dari produk franchise yang anda beli, artinya anda akan merugi begitu “Life Cycle” bisnis anda berakhir.
7.   Ketika membicarakan Gaji Pegawai, seringkali franchisor mengambil referensi terendah, sehingga terkesan biaya operasional terkait gaji karyawan sangat rendah. Biasanya mereka hanya mengenakan tarip biaya tenaga kerja pada tingkat UMR daerah yang jelas nilainya sangat murah yakni Rp600k/bln, sedangkan di jakarta sudah mencapai lebih dari Rp900k/bln.
Jika anda tahu lebih jauh lagi, anda akan menangis, ketika anda tahu bahwa anda sendiri “Dipekerjakan” oleh franchisor atas nama merek yang mereka bawa, dan hanya dibayar dengan “Harapan” bahwa keuntungan ada di depan mata. Padahal belum tentu anda berhasil, tetapi kerja keras anda hanya dibayar dalam bentuk “Harapan”.
Lebih dahsyat lagi ketika anda di bebani royalty fee 5-10% dari OMSET, walaupun anda sendiri masih merugi pada awal memulai usaha. Namun perlu saya garis bawahi disini, bahwa sebenarnya royalty fee adalah hal yang lumrah, apabila dikenakan secara bijaksana terkait dengan kinerja usaha, jadi buka dari OMSET, tetapi di sarankan bisa diambil dari “Laba” jika ada atau memenuhi target kinerja.
Nah setelah semua nya makin terang, maka kini giliran anda yang harus lebih hati-hati ketika bisnis anda sedang berjalan lancar, maka rajin-rajinlah melihat pertumbuhan tren biaya dengan tren pendapatan. ( = Delta/selisih)
Apabila  biaya > Pendapatan bisa dipastikan, “LifeCycle” bisnis anda menuju “Akhir” dan anda harus siap-siap untuk segera mengakhirinya sebelum anda terperangkap dalam situasi yang lebih sulit lagi. Hal ini seringkali dianggap tindakan “CutLoss”, dimana anda mengorbankan sejumlah kerugian, agar tidak tertimpa kerugian yang lebih besar lagi.
Demikian gambaran bisnis yang harus anda waspadai sebelum mengambil keputusan bisnis yang bisa saja berdampak pada hancurnya kemampuan ekonomi anda secara permanen. Maklum, banyak sekali orang yang sangat berambisi untuk berbisnis dan seringkali mengeluh karena kegagalan yang sebenarnya tidak perlu terjadi jika dilakukan secara hati-hati, atau paling tidak kegagalan tersebut sudah diprediksi lebih jauh, sebelum benar-benar terjadi.
Semoga informasi ini bermanfaat, karena biasanya para korban program franchise malu untuk bercerita karena membicarakan kebodohan diri sendiri, apalagi jika menyangkut sejumlah uang.



Tautan Bersponsor
Paket Parcel Lebaran Berisi 3 Macam SNACK TRADISIONAL, dan KARTU UCAPAN Yang Anda Bisa Tuliskan PESAN PRIBADI. Tanpa Repot dan Ribet, Anda bisa Bagi Berkah bagi Rekan2
KARAS, krim wajah 3 in 1 : Anti Keriput, Sun Block dan Pemutih Wajah, buatan Korea, Herbal 100 % Alami, Mengandung Air Ekstrak Buah Delima, Rasakan sensasi Cerah Nya

irvanairlangga menulis on Nov 17, '09
ya poqoe.. harus perhitungkan pesaing + kemampuan konsumen menyerap produk.

kLo buka warung steak di perkampungan kumuh... ya tiwas

buka warnet di kompLeks yang highcLass yg udah pny koneksi internet..ya aneh

ikutan buka warung modern padahaL udah banyak warung sejenis ..ya terLaLu beresiko

herusidik menulis on Dec 12, '09
Betul mas Irvan, biasanya franchisor sudah menawarkan "iming-iming" setelah melakukan survey potensi lokasi, tapi faktanya mereka cuma hidup dari royalty yang diambil secara tidak adil dari franchise.

Saya mengatakan tidak adil karena mereka mengambil persentase dari omset, bukan dari "net profit", sehingga di atas kertas mereka "untung duluan" dan franchisee dapat beban biayanya.

Ciri-ciri franchisor seperti itu adalah :

1. tidak terbuka dengan data realistis dari unit usahanya sendiri, dengan alasan kerahasiaan.
2. menyajikan angka-angka penjualan yang fantastik, sementara angka biaya sangat rendah.
3. menutupi draft kerjasama, sebelum dibayar lunas, atau paling tidak membayar uang muka.
4. memberikan kesempatan kepada calon franchisee untuk berkunjung ketempat franchisee lain yang sudah berhasil.
5. menghalangi atau bahkan mengancam franchisee yang akan terminasi kontrak karena alasan nama baik.
6. ketika ditawarkan untuk mengambil alih/akuisisi seluruh asset franchisee, cenderung menghindar dengan mengajukan harga yang tidak masuk akal, bahkan lebih rendah dari harga bukunya.
7. biasanya sangat ramah ketika kontrak baru ditandatangani, tapi agak pemarah ketika franchisee banyak mengeluh soal kinerja unitnya.
8. suka tampil di koran-koran/tabloid dan banyak mengumbar janji keuntungan yang berlimpah (2good2btrue).

semua ini saya sampaikan sekedar berbagi pengalaman, karena dari 3 franchisor yang saya lamar, hanya satu yang berhasil dan saya tambah unit baru karena sukses.



Tags: ,
Gading Moore

––––•(-• Tentang Gading Moore •-)•––––

Cara memulai adalah dengan berhenti berbicara dan mulai melakukan.
The way to get started is to quit talking and begin doing.
Walt Disney

0 komentar

Posting Komentar

Translate

Popular Posts